Jumat, 15 Juni 2012

Celetosan, Mainan Anak yang Kian Langka

Saat kita merindukan dunia masa kecil kita, ada kalanya kita terkenang akan sebuah permainan. Permainan tradisional yang kita mainkan bersama teman-teman kita di masa lalu. Salah satu permainan itu adalah mainan tradisional celetosan. Yaitu, permainan tradisional dari Sumatera Selatan yang menggunakan media bambu dan diisi dengan kertas basah lalu ditembakkan atau di dorong dengan bilah bambu lainnya. Begitu menyenangkan menggunakan senapan dari bambu ini, jika kita sedang bermain perang-perangan.
Namun di masa sekarang. permainan itu sangatlah jarang kita jumpai lagi. Sebab anak-anak sekarang lebih banyak mengenal dan lebih tertarik dengan permainan yang modern seperti game online, mobil-mobilan Tamia, Futsal, dan lain sebagainya. Bukannya anti akan teknologi, hanya saja sayangnya budaya permainan anak yang juga merupakan salah satu warisan budaya negeri ini kini sedikit demi sedikit mulai terkikis dan menghilang.
Adalah Usman Hayun, seorang pedagang mainan tradisional celetosan. Dalam kesehariannya, dia menjajakan celetosan hasil karyanya ke sekolah-sekolah dasar dengan harga hanya seribu rupiah saja. Hingga wajar, meski telah puluhan tahun memproduksi dan berdagang celetosan, Usman Hayun tidak kunjung sejahtera derajat kehidupannya.
Ketika ditanya berapa penghasilanya dalam sehari, pria paruh baya ini pun menjawab dengan sederhana: “ Ya, cukuplah untuk membeli nasi sepiring”.
Usman hanya tinggal disebuah gubuk sederhana, bersama istri dan seorang anaknya di depan sebuah Mushola, tepatnya di Lorong Perguruan, Plaju Palembang. Kini sang anak telah duduk di bangku sekolah menengah di daerah tersebut.
Mungkin sangatlah  pantas bila dikatakan bahwa Usman adalah salah satu dari publik yang berjasa untuk melestarikan Permainan Tradisional Anak Negeri, yang kian hari kian suram, tergantikan oleh derasnya kehadiran permainan anak yang semakin canggih. 

Elonk Art