Saat kita merindukan dunia masa kecil kita, ada
kalanya kita terkenang akan sebuah permainan. Permainan tradisional
yang kita mainkan bersama teman-teman kita di masa lalu. Salah satu
permainan itu adalah mainan tradisional celetosan. Yaitu, permainan
tradisional dari Sumatera Selatan yang menggunakan media bambu dan diisi
dengan kertas basah lalu ditembakkan atau di dorong dengan bilah bambu
lainnya. Begitu menyenangkan menggunakan senapan dari bambu ini, jika
kita sedang bermain perang-perangan.
Namun di masa sekarang. permainan itu
sangatlah jarang kita jumpai lagi. Sebab anak-anak sekarang lebih
banyak mengenal dan lebih tertarik dengan permainan yang modern seperti
game online, mobil-mobilan Tamia, Futsal, dan lain sebagainya.
Bukannya anti akan teknologi, hanya saja sayangnya budaya permainan
anak yang juga merupakan salah satu warisan budaya negeri ini kini
sedikit demi sedikit mulai terkikis dan menghilang.
Adalah Usman Hayun, seorang pedagang
mainan tradisional celetosan. Dalam kesehariannya, dia menjajakan
celetosan hasil karyanya ke sekolah-sekolah dasar dengan harga hanya
seribu rupiah saja. Hingga wajar, meski telah puluhan tahun memproduksi
dan berdagang celetosan, Usman Hayun tidak kunjung sejahtera derajat
kehidupannya.
Ketika ditanya berapa penghasilanya
dalam sehari, pria paruh baya ini pun menjawab dengan sederhana: “ Ya,
cukuplah untuk membeli nasi sepiring”.
Usman hanya tinggal disebuah gubuk
sederhana, bersama istri dan seorang anaknya di depan sebuah Mushola,
tepatnya di Lorong Perguruan, Plaju Palembang. Kini sang anak telah
duduk di bangku sekolah menengah di daerah tersebut.
Mungkin sangatlah pantas bila
dikatakan bahwa Usman adalah salah satu dari publik yang berjasa untuk
melestarikan Permainan Tradisional Anak Negeri, yang kian hari kian
suram, tergantikan oleh derasnya kehadiran permainan anak yang semakin
canggih.
Elonk Art
Tidak ada komentar:
Posting Komentar